08 December 2012

Mengenal Fenomena Petir

Malam itu terasa sangat menyeramkan, kebetulan hari itu juga merupakan hari Jumat. Awan mendung yang datang tiba-tiba membuat sekujur tubuhku terasa kaku dan takut. Di sana, di atas langit, petir menyambar disertai suara guntur yang menggelegar, saling menyambar bagaikan simfoni alam yang diaransemen dengan penuh emosi.


Yap, petir lah yang menjadi faktor utama ketakutan ku malam itu. Tidak seperti biasanya, malam itu terlihat sangat menakutkan. Bahkan melebihi efek yang ada di film horor sekalipun. Kilau petir yang menyilaukan ditambah suara guntur yang menggetarkan seisi rumah.

Petir, iya, sebuah fenomena alam yang sudah ada sejak awal bumi terbentuk. Seperti yang dikutip dari wikipedia: "Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya."

Penjelasan singkat mengenai petir adalah sebagai berikut:
Asumsikan terdapat dua bahan, yaitu awan dan bumi, di mana awan merupakan bahan yang bermuatan listrik, bisa negatif (kelebihan elektron) atau positif (kekurangan elektron), sedangkan bumi diasumsikan netral (muatan proton = muatan elektron). Petir terjadi karena adanya beda potensial (muatan), baik beda potensial antar awan maupun beda potensial antara awan dan bumi. Nah, pada saat perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi loncatan listrik atau perpindahan elektron untuk mencapai suatu kesetimbangan. Proses perpindahan ini melalui media udara. Energi yang dihasilkan dari pelepasan elektron tersebut sangat besar sehingga mampu menghasilkan kilatan cahaya (bayangkan saja loncatan api yang terjadi pada busi).

Lalu, dari mana asal suara guntur setelah adanya petir?
Suara yang dihasilkan dari loncatan elektron dikenal dengan sebutan guntur. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Eelektron yang berpindah jumlahnya sangat banyak sehingga memungkinkan suara ledakan yang sangat keras. Banyaknya elektron yang berpindah mengakibatkan udara menjadi panas hingga mencapai 30.000 derajat Celcius. Udara yang sangat panas itu mengembang dengan cepat dan sesaat setelah elektron lewat, akan menjadi dingin sehingga awan mengerut. Proses mengembang dan mengerut yang terjadi dalam waktu singkat ini mengakibatkan gelombang bunyi.

Pada keadaan sebenarnya, fenomena petir dan guntur terjadi hampir bersamaan. Akibat adanya perbedaan kecepatan cahaya (petir) dan suara (guntur) di udara, maka manusia seakan-akan melihat petir terlebih dahulu baru kemudian disusul guntur (kecepatan cahaya = 300 juta meter/detik sedangkan kecepatan suara = 340 meter/detik)

Lalu, muncul pertanyaan baru, kenapa petir banyak muncul pada saat hujan?
Pada saat hujan, udara mengandung kadar air yang lebih tinggi dari biasanya. Keadaan ini mengakibatkan daya isolasi udara menurun sehingga arus lebih mudah mengalir dan mengakibatkan elektron akan semakin mudah berpindah untuk mencapai kesetimbangan (air merupakan konduktor yang baik).

Nah, semoga bahasan petir di atas bisa dimengerti dan menjadikan manusia bukan lagi sosok yang bingung saat melihat fenomena petir.